Pernikahan di Negeri Khayangan
by: Dwi
Juli 09
Pukul 16. 45, pesawat yang membawaku dari Pontianak mendarat dengan mulus di Ketapang, rintik hujan menyambut. Aku memang tidak perlu sibuk menunggu bagasi karena 2 tas kecil yang ku bawa cukup kutenteng saja sejak dari Pontianak tadi, dengan leluasa aku menuju pintu keluar bandara Rahadi Oesman, di sela-sela jendela nako di sisi kiriku seseorang meneriakkan namaku “yanti!” yah suami dari Tante bungsuku dari Bapak yang ku panggil pak Usu itu rupanya, ku balas panggilannya dengan senyum.
Langkahku berlanjut menuju pintu keluar dan ternyata Bapak ikut menjemputku bersama dengan Pak Uteh, adik kedua Bapakku
Aku adalah rombongan ke-2 yang datang dari Pontianak ke Ketapang hari ini tanggal 2 Juli 2009, sebagian keluargaku sudah dijemput selang 1 jam sebelum kedatanganku, terdiri dari tante, om serta sepupu-sepupuku. Mereka menggunakan kapal express dan tadi pagi aku sempat mengantar mereka di pelabuhan Shanghi. Sementara kedua orantuaku bersama rombongan keluarga yang lain lebih dulu sampai di ketapang sehari sebelumnya, kemarin.
Dipastikan 5 saudara Bapakku beserta anggota keluarganya masing-masing berkumpul di Ketapang, salah satu kabupaten di Kalbar yang konon artinya adalah Khayangan, buatku moment ini istimewa sekali, sebab di hari lebaran sekalipun sangat jarang kesemua saudara bapakku itu dapat berkumpul, jarak dan kesibukkan sebagai alasannya.
Hari ini, Jumat 3 Juli adalah hari pernikahan sepupuku Andi Awaluddin Marli, dia adalah anak pertama dari saudara laki-laki Bapakku, sebagai anak tertua ternyata Andi justru menepati urutan terakhir menikah, 2 saudara laki-laki kandungnya sudah menikah beberapa tahun yang lalu bahkan sudah beranak pinak dengan cepat.
Andi menikahi seorang perempuan lajang bernama Diah, setelah sebelumnya menjalani kisah cinta dengan beberapa perempuan bahkan juga sempat bertunangan dengan anak dari sahabat orangtuanya, tak terduga, gadis Ketapang itulah pilihannya. Jodoh memang tak terduga, dan hari ini kekhawatiran Andi menjadi perjaka tua terhapus sudah, diusia 32 tahun, setelah menjadi PNS dia menikah. “terima kasih semuanya yanti!” itu adalah ucapan Andi sesaat akad nikah usai, kami berjabat tangan begitu hangat, aku tahu dia mendoakanku agar akupun menyusulnya untuk menikah, ach..sepupuku.., akhirnya…
Akad nikah Andi berjalan singkat dan lancar, ini kali pertama aku bertemu Diah, istri Andi, menurutku mereka pasangan serasi, mudahan-mudahan kalian jadi keluarga yang sakinah, wamadah wa rahmah.
Malamnya digelar resepsi pernikahan Andi-Diah, acara sederhana yang tak meninggalkan kesan meriah malam itu, sedianya tak kuhadiri, tapi karena penerbangan terakhir dari Ketapang ke Pontianak malam itu tertunda hingga keesokkan paginya memaksaku untuk tinggal lagi semalam, jujur saja aku tak terlalu menikmati malam itu, hadir pada akad nikah saja cukup, di benakku terbayang acara diskusi dengan mahasiswa malam ini di lembagaku Tribune Institute dan alasan lain yang membuatku semakin tidak nyaman adalah karena seorang wartawan Borneo Tribune mengalami pemukulan pada saat kampanye Budiono di Pontianak.
Terlepas dari perasaan kecewaku, aku berpikir bahwa pernikahan Andi sudah membawa kami pada reuni keluarga yang indah, ada nutrisi untuk batin kami akan kebutuhan berinteraksi dengan keluarga, melakukan semua aktivitas bersama selama beberapa hari, gelak tawa untuk semua canda terasa lebih indah dari kilauan emas permata, kedamaian yang mengalir deras dalam jiwa kami masing-masing.
Alhamdullilah, pesawat yang membawaku kembali ke Pontianak, sabtu pagi tanggal 4 Juli ini mendarat tanpa halangan di bandara Supadio, aku melangkah dengan lega ke pintu kedatangan sembari menunggu bagasi karena kali ini sulit bagiku menggelak untuk tidak membawa barang bawaan yang cukup banyak selain oleh-oleh khas berupa amplang aku juga membawa 1 tas sedang pakaian ibu bapakku yang akan kembali ke Pontianak esok hari, sekedar sedikit meringankan mereka dari barang bawaan yang banyak itu.
Sampai saat ini, aku masih mengenang kebersamaan di Ketapang, terasa sampai ke relung hati, keindahan memiliki keluarga, kami pun telah sukses dengan sukacita menghantar Andi membentuk keluarga baru di Ketapang bersama Diah, yang akan menambah jumlah keluarga kami juga tentunya, semoga aku pun diperkenankan membentuk keluarga dan menciptakan keluarga baru, semoga pernikahan Andi di Ketapang, di negeri kayangan itu membawa berkah bagi kami semua, amin ya rabbal alamin…
Selamat berbahagia sepupuku Andi dan selamat datang di keluarga kami Diah,
Selamat berbahagia Keluarga Besarku, I love you all…………………………
0 komentar:
Post a Comment