Tuesday, June 16, 2009

JUSTIN WISUDA TK


by dwi

Kemeja putih, celana panjang hitam dan dasi batik kecoklatan dengan ukuran yang disesuaikan dengan tubuh bocahnya membuat Justin berbeda hari ini, dia berlari kegirangan sepulang dari sekolah membawa sebuah kertas berbahan tebal, ok.., itu sebuah ijazah.

Hari ini memang istimewa, aku dan teman-teman yang bekerja di kantor yang berada dalam satu bangunan dengan rumahnya mengembang senyum melihat tingkah laku anak itu, Eka sang paman serta Yuni sibuk mengabadikan Justin bersama ijazah yang digengamnya erat, yah, di tahun ini juga dia akan jadi siswa sekolah dasar.

Justin yang berusia 6 tahun itu adalah putra pertama bosku, dia anak laki-laki yang pintar, kreatif dan kritis. Setiap pulang sekolah dia selalu menyapa kami di kantor, kadang berdua adeknya Anson. Kehadiran keduanya kadang memang dirasa menggangu, tapi buatku Justin lebih banyak menghibur.

Dengan kemampuan berbahasa Inggrisnya yang di atas kemampuan rata-rata anak seusia dia, membuatku merasa memiliki teman belajar. Dia bisa nyambung jika ku ajak bersiskusi banyak hal, berkat orangtuanya yang mendidik dengan baik Justin yang juga bernama Cang Fu Yung itu sedang tumbuh jadi anak yang cerdas, bahkan ketertarikkannya pada dunia angkasa luar membuatnya coba menerbangkan pesawat ulang alik yang dibuatnya dari kardus dengan menggunakan kipas angin, aku tersenyum karena ternyata dia gagal menerbangkan “pesawat itu”.

Buatku Justin juga mengajariku cara untuk berbagi, apapun makanan yang dimilikinya dibawa ke kantor untuk dibagi-bagikan, sulit buat kami untuk menolakkanya mengingat kesibukkan kerja cenderung membuat selalu lapar hihi…
Walaupun agak was-was dan ragu karena apapun yang dibawanya dari dalam rumah tanpa sepengetahuan siapapun termasuk pengasuhnya.

Suatu hari dia menulis menu dalam bahasa Inggris di sebuah kertas, ada beraneka macam jus buah-buahan yang ditulisnya untuk ditawarkan dan pada kolom disamping yang biasanya berisi harga bertuliskan “free”. So, ketika sibuk dan tengah konsentrasi pada layar loptopku, Justin memaksaku memilih satu menu jus, ok sekenanya ku pilih “Apple Jus”.

Selang beberapa menit, Justin datang dengan muka sedih sambil membawa semangkuk buah apel yang sudah dikupas, dia mengadu padaku bahwa dia tidak bisa blender sendiri untuk jus yang kupesan, jadi hanya buahnya saja yang bisa dia bisa berikan padaku, wow, aku heran bercampur kagum, tak ku sangka anak ini sungguh-sungguh berniat membuatkanku jus, ketulusan yang rasanya makin sulit ditemukan pada orang-orang dewasa.

Aku memang mengenal Justin dengan baik, bahkan saat dia masih berusia 9 bulan dalam kandungan mamanya yaitu ketika aku mulai bergabung dengan kantor lawyer papanya sampai sekarang, tak terasa sekarang dia sudah berusia 6 tahun, sudah punya adek pula.

Sebagai anak yang penuh semangat, dia seperti api yang menyala yang sekaligus mampu memancarkan semangat itu untuk orang yang melihatnya, semoga kamu benar-benar jadi anak pintar yang bermanfaat buat semua orang, memuliakan orangtua dan masih suka berbagi dengan tulus serta senantiasa perduli dengan sesama. Dan tante Dwi juga belajar dari kamu tentang semangat, tentang berbagi,tentang ketulusan dan tentu saja tentang hidup yang sesungguhnya ini, sobat kecilku…“JUSTINE PRAYAKSA CANG FU YUNG"

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template 'Contemplation' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP