Friday, September 4, 2009

BERANTAS KEMISKINAN, WUJUDKAN PERDAMAIAN

Catatan Dwi:
Borneo Tribune, Jumat 26 September 2008
Seminar sehari yang mengusung Tema “Membangun Perdamaian Melalui Dialog” yang diselenggarakan oleh Centre For Research And Inter-Relegious Dialoque bekerjasama dengan Harian Borneo Tribune, Tribune Institute dan World Vision Indonesia tanggal 19 September 2008 kemarin, peserta sangat antusias, terbukti hampir semua kursi yang tersedia di Grand Function Hotel Gajah Mada Pontianak, tempat seminar dilaksanakan terisi penuh.


Father Pedro V. Salgado, OP sebagai pemateri pertama dalam Sessi II dengan Sub Tema “Learning From Pilippine And West Borneo” menyampaikan materi seputar konflik yang terjadi di Mandanao, Philipina, menurutnya bahwa kemiskinan adalah faktor utama terjadinya konflik disana.
Pastur yang hidup ditengah-tengah orang miskin di Philipina ini fasih mendiskripsikan kemiskinan yang menurutnya lahir karena Imperialisme, Pemerintah yang Korup serta Kapitalisme, di mana dari sejak kita bangun dari tidur dan tidur lagi yang ditemui dalam keseharian kita adalah semua produksi asing terutama Amerika dan Jepang. Menurut Pastur yang juga pengajar filsafat tersebut kemiskinan adalah musuh bersama dan perjuangan yang sesungguhnya adalah memberantas kemiskinan, demikian materi yang disampaikannya dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh Pastur Rubini.
Sebagai pemateri kedua, Untung Sidupa Ketua World Vision Indonesia (WVI)-Kalbar, berangkat dari Desa Kebayang di mana konflik 1997 terjadi di sana, WVI sebagai lembaga kemanusiaan Kristen yang fakus pada anak tersebut mencoba melakukan pendekatan-pendekatan sosiologis pasca konflik yaitu membangun kerpercayaan dengan dialog, menurutnya mempelajari konflik penting artinya bagi kita untuk menciptakan suasana damai. Sejalan dengan apa yang disampaikan Father Pedro V. Salgado, OP bahwa meningkatkan ekonomi dan menciptakan keadilan adalah poin penting bagi terciptanya perdamaian.
Beberapa orang mencoba menyampaikan pertanyaan, opini dan pendapat pada sessi pertanyaan, seputar eksistensi lembaga WVI, politisasi konflik dan menjadikan kemiskinan sebagai musuh bersama serta bagaimana dialog tidak hanya pada tingkat keilmuaan tapi lebih nyata adalah dialog verbal yang efektif dengan intensitas yang tinggi agar menyentuh masyarakat secara luas.
Dua jam berlalu, terlihat peserta maupun pemateri belum sepenuhnya merasa cukup puas untuk seminar sepenting ini, terlebih bagi kita di Kal-bar yang pernah mencatat sejarah kelam soal konflik, yang perlu disadari bahwa mencegah konflik adalah dengan mempelajari konflik itu sendiri, bagaimana pemerintah dan pemuka masyarakat, tokoh adat berperan aktif melihat potensi konflik, tak kalah penting adalah membunuh kemiskinan yang sesungguhnya musuh kita bersama, kiranya perdamaian dapat terwujud.

0 komentar:

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template 'Contemplation' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP