Pelajaran Yang Baru Dimulai
Dwi
Menjelang pagi, sesaat setelah beranjak dari tempat tidur, yang pertama kuingat adalah gelas plastik bekas minuman mineral yang di dalamnya terdapat bibit tanaman, dimana gerangan tanaman yang baru kukenal bernama sarang semut itu kuletakkan. Oh, rupakan ada yang memindahkannya ke dalam tong sampah, dengan tergopoh-gopoh ibuku yang penuh kasih itu memperlihatkan gelas platik yang kumaksud,
”ini kah yang mbak maksud?” bibit tanaman itu masih ada, syukurlah rupanya sempat disangka sampah oleh ibuku, ”iya” jawabku selembut mungkin pada bunda yang telah melahirkanku itu.
Tanaman herbal bernama Sarang semut atau bahasa latinnya Myrmecodi Pendans itu, untuk pertama kali ku lihat di kebun yang terletak di belakang rumah kediaman Pak Florus, beliau adalah guru tempat kami bertanya, tentu saja bibit yang kumasukan dalam gelas plastik itu adalah pemberiannya, kebun itu tidak terlalu luas tapi terdapat aneka tanamanan di dalamnya, dari mulai cabe sampai dengan pohon hutan seperti buah pekawai sejenis durian, dan yang paling menarik adalah gazebo kecil dengan kolam ikan di bawahnya.
Gazebo itu biasa kami pergunakan untuk bertemu dan berbincang dalam rangka mengembangkan lembaga yang kami mimpikan menjadi besar dan berguna buat semua orang, ada sensasi unik saat asik berdiskusi tiba-tiba ikan di kolam berenang liar dan sesekali melompat ke permukaan kolam, suaranya indah, simponi alam…
Suatu hari pak Florus menyuguhkan minuman yang berasal dari rebusan akar tanaman bernama sarang semut, yang menurutnya berkhasiat untuk menghindari dan mengobati banyak penyakit termasuk efek lain berupa kesegaran tubuh, tidak ada yang istimewa dari rasanya, sedikit kelat tapi benar-benar terasa segar sesaat setelah meneguknya, tanaman yang dipergunakan sebagai sarang semut ini di dalamnya terdiri dari labium yang digunakan semut sebagai liang untuk melakukan aktivitasnya, dan aku tertarik untuk menanamnya dirumahku.
Maka dipagi ini, sembari berbincang dengan ibuku yang tengah mempersiapkan sarapan kumasukkan kayu-kayu hancur sebagai media tempat bibit sarang semut tadi, Pak florus berpesan bahwa medianya memang potongan kayu kecil, dan pertumbuhannya cukup lama, paling tidak butuh waktu lima tahun untuk bisa mengambil manfaatnya.
Dari beberapa referensi diketahui bahwa secara empiris sarang semut dapat menyembuhkan beragam penyakit ringan dan berat, seperti kanker dan tumor, asam urat, jantung koroner, wasir, tbc, migrant, rematik dan leukemia dan menurut penelitian ahli Bioteknologi LIPI, Zat Utama yang dimiliki sarang semut adalah lavonoid, tannim dan olifenol.
Memasukkan potongan kayu sembari menanam bibit sarang semut ke dalam wadah yang ku buat dari gelas plastik sisa dari ulang tahun adekku catur dua tahun lalu membawa pikiranku ke beberapa tahun yang lalu, saat smp/sma aku hobby menanam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong atau ubi rambat di tanah kosong yang terletak di sebelah rumah kami.
Sekalipun tanpa kemampuan teori bertani, pada saat memulai menanam aku tak tanggung-tanggung menggolah tanah dengan mencanggul terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan menanami umbi-umbian. Dalam baru 1 atau 2 bulan aku sudah sangat ingin panen, tak jarang aku menggali jika ada umbi yang terkadang nonggol sedikit kepermukaan tanah, padahal umbi itu masih sangat kecil belum saatnya dipanen, dan kisah ini begitu lekat di benak ibuku yang sering diungkapkannya untuk berkisah tentang ketidak-sabaranku memperoleh hasil dari kerja kerasku di kebun kecil itu. Padahal saat panen tiba tentunya sangat menyenangkan karena semuanya memang sudah waktunya, ini pastilah soal kesabaran untuk menunggu.
Maka saatku rapikan bibit sarang semut ini, mungkin ada baiknya kujadikan langkah awal yang baik untukku belajar tentang kesabaran, bersabar untuk memeliharanya dan menunggunya besar dengan sempurna agar hasilnya dapat ku ambil secara sempurna pula, sekalipun harus menunggu lima tahun, dan ini pastilah soal kesabaran untuk menunggu. Aku tersenyum, betapa luas jagat raya ini, betapa berhamparan pelajaran tentang kebaikan yang bisa diambil. Dan pagi ini telah mengajariku bahwa kesabaran dalam hal apapun senantiasa dibutuhkan bahkan tuhanpun beserta orang-orang yang sabar.
0 komentar:
Post a Comment