Tuesday, December 2, 2008

DUNIAMU SAHABAT



Suatu pagi dibulan Maret 2007

Setelah revisi, maka ia adalah penghormatan
untuk ”5 Enggang” di Borneo Tribune
Dan bahwa Mering adalah sahabat yang akan selalu jadi sahabat....

Tak tau apa yang memaksaku untuk menuliskan apa yang terpendam dihatiku sepagi ini bahkan untuk sikat gigipun aku enggan mendahulukannya, cukup aneh mengingat menjadi wartawan adalah bukan cita-cita yang kugantungkan di langit tinggi sana, bahkan ketika pembagian rapot kelas 3 MTsN-ku (SMP) puluhan tahun yang lalu, sembari menyerahkan rapot : “apa cita-citamu Dwi..?” tanya wali kelasku….wajah bersemu merah dan mantap aku jawab : ”saya mau jadi Pengacara Pak..” Nah..!!

Sekarang; Wartawan, Pers, apalagi kemerdekaan pers dan lain-lain menjadi semakin akrab ditelinggaku, rasanya tidak ada yang memaksaku untuk tahu semuanya itu. Belakangan aku mulai sadar, bahwa lewat profesiku sekarang yang mendekatkanku dengan dunia pers dan tidak sedikit sahabat-sahabatku dari dalam komunitas itu.

Buatku sahabat-sahabat persku itu adalah orang-orang yang luar biasa, berjuang demi idealisme profesi, pertaruhkan orang-orang tercinta bukanlah masalah gampang buat manusia jaman sekarang yang hidup senantiasa mengusung kepentingan pribadi tak hirau bahkan lupa apa itu kepentingan umum, apalagi kepentingan bangsa dan Negara….weleh-weleh…(berat lah yaoouuu…)

Berbekal keyakinan dan usaha keras (sekeras-kerasnya) sahabat-sahabatku itu mampu berdiri tegak dalam edialismenya, keberagamannya dan kebersamaannya dalam BORNEO TRIBUNE itu (yang tabah n kuat ya kawan-kawan…). Dan Mr. Mering adalah pembakar terbesar semangatku tu belajar menulis dan dia adalah temen dikusi yang menyenangkan, penuh dengan ide-ide cerdas.

Saking bersemangatnya aku terhadap dunia pers, aku punya keinginan untuk menjadikan pers sebagai bahan penelitian tesisku, dan dalam berbagai kesempatan aku selalu ingin tau tentang dunia Mr. Mering baik lewat buku, perbincangan dengan teman-teman kantor, teman-teman kuliah maupun beberapa dosenku.

Dalam sebuah kesempatan kuliah aku menyampaikan pertanyaan kepada dosenku tentang persaingan antar perusahaan pers, heran., sebelum menjawab dosenku balik bertanya, “anda wartawan?” (maklumlah aku memang junior lawyer, tak heran banyak orang yang belum mengenalku) sekenanya kujawab “saya memang punya komunitas wartawan pak” tampaknya dosenku enggan menjawab pertanyaanku, ya… mungkin karena memang waktu kuliah kami beranjak diujung batas waktu perkuliahan. Dan aku tidak terlalu ingin memaksa dosenku sekalipun aku bisa melakukannya.

Pada kuliah yang sama dan dosen yang sama pula, di hari yang berbeda tentunya, aku kembali bertanya tapi bukan tentang pers, “ya’ silakan wartawan!” dosenku berujar…Nah…aku rupanya disangka wartawan. Teman-teman sekelas yang mengenalku dengan baik: “bukan pak.. dia pengacara” teman-teman kelasku menjawab seperti paduan suara ku dengar… hehe.. dosenku kaget, kebingunganku mulai memudar ketika perkuliah selesai, setiap ada kesempatan lontaran kekecewaan beliau terhadap carut marutnya dunia pers Indonesia, trial by press, orang salah bisa benar begitu juga sebaliknya oleh pers. (walau tak semuanya kayak gitu pak!)
Ooo..dosenku mengikuti dengan baik perkembangan pers kita.

Pada kesempatan lain, aku juga berbincang-bincang dengan teman kuliahku di kantorku ketika dia ingin meminjam catatan kuliahku, aku mengajak temanku yang masih sangat muda itu berdiskusi tentang niatku menulis tesis tentang pers…temanku antusias dalam diskusi kami, bahkan dengan senang hati dia berencana meminjamkanku bahan-bahan lain tentang sejarah pers di Indonesia…namun pengin tau apa yang disampaikan teman kuliahku itu sebelum dia berbincang banyak tentang proposal tesisku tadi…?? ”mbak dwi pengacara…ngapain nulis tesis tentang pers? ada banyak masalah lain yang lebih bagus katanya…..Nah…..???!! Ternyata temanku itu punya pandangan khusus terhadap pers, wartawan khususnya…”wartawan tuh ada wartawan 50rb dan wartawan 100rb mbak wi….” Wah… temanku itu terus nyerocos….bla…bla… (tapi masih banyak wartawan yang masih idealis dan pakai etika jurnalis dalam bekerja lho kawan!)
Ooo..temanku itu juga mengikuti perkembangan pers kita.

Sebagai orang asing di dunia pers, aku bercerita pengalamanku tadi dengan dosen dan temanku persku, si wartawan itu., Mr Mering. Dan dia bilang “mbak wi sih..berteman hanya dengan kami…berteman juga donk dengan yang lain….”
Wah ternyata aku yang belum mengikuti dengan baik perkembangan pers kita……...

Baiklah aku akan belajar mengikutinya dimulai dari belajar sejarahnya lewat tesis yang dibukukan oleh Wikrama Iryans Abidin berjudul Politik Hukum Pers Indonesia:

“……..Sistem politik liberal, yang memakai Undang-Undang Dasar Sementara 1950, kedudukan kemerdekaan pers diakui, celakanya, kemerdekaan pers di era 1950-an cenderung menjadi terompet bagi kepentingan politik multipartai waktu itu. Pada waktu kembali ke Undang-Undang dasar 1945, beradasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, hingga kejatuhan rezim Soekarno (1965), kemerdekaan pers kembali dibelenggu melalui Sensor dan Surat Ijin Terbit (SIT). Dialektika kemerdekaan pers itu, muncul lagi tak kala orde baru (1966) yang mencabut SIT, sensor dan pembredelan. Namun, keleluasaan itu hanya sekejap karena pada awal tahun 1970-an orde baru kembali menekan dengan Sensor, SIT dan Surat Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).
Dengan runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada tahun 1998, mimpi tentang kemerdekaan pers kenyataan lagi. Pada era ini, kemerdekaan pers dinilai sebagai yang terbaik di Asia. Hanya saja masa emas kemerdekaan pers ini mulai memudar menjelang akhir tahun 2002, yaitu akibat adanya penyimpangan-penyimpangan praktek kemerdekaan pers dari kalangan praktisi pers itu sendiri dimana kemerdekaan pers yang semula terbelenggu berlahan menjadi kemerdekaan pers tanpa tanggungjawab, praktisi pers lepas kendali dari etika profesi dan hukum.”

Akhirnya aku harus diam sejenak guna meresapi tulisanku ini, sebelum beranjak ke kamar mandi, sikat gigi..membasuh raga..membasuh jiwa …dan dengan sepenuh hati ketika kedua tangan menengadah aku berbisik “jagalah sahabat2 pers ku itu Tuhan….”

0 komentar:

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template 'Contemplation' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP